Rabu, 30 Maret 2016

KEJURUN BUKIT PADA MASA KOLONIALISME BELANDA


Keturunan Raja Bukit terdiri dari dua cabang keturunan. Salah satu cabang keturunannya ialah Raja Bukit Mamat. Raja Bukit Mamat alias Aman Samidah atau terkenal dengan sebutan Raja Bukit Lah. Disebut Raja Bukit Lah karena rumahnya berada di tengah-tengah perkampungan. "Lah" dalam bahasa Gayo artinya di tengah-tengah. Raja Mamat mempunyai seorang anak.laki-laki namanya Maun dan dua anak.perempuan. Seorang diantara anak.perempuannya kawin dengan seorang Aceh namanya Si Gam, yaitu anak dari Panglima Kandang dari Semoti Aceh Utara dan seorang lagi kawin dengan orang Belah Lot Kebayakan.
Raja Bukit Mamat meningha dunia tahun 1901. Setelah meninggal, istrinya nikah dengan saudara suaminya yaitu Aman Seri Kuala atau aman Seri Kala dari Linung Bulen Bintang yang kemudian dipanggil juga sebagai Aman Cayamani, sebagai penggantinya dipilih anaknya yang masih kecil yaitu Maun. Karena masih kecil pemerintahan dijalankan oleh familinya yang tertua. Menurut penulis Belanda JCJ. Kempees ketika.Belanda menyerbu Tanah Gayo tahun 1904 Raja Maun masih berumur 7 tahun.
Cabang lain dari keturunan Raja Bukit.ialah Raja Bukit Jaran. Raja Jaran juga masih muda. Panggilan sehari-hari ialah Sagul. Ketika telah berumah tangga dan memiliki anak, ia dipanggil aman Usin. Rumahnya terletak di pinggir kampung karena itu dipanggil Raja Bukit Eweh dalam bahasa Gayo artinya pinggir.
Jaran alias Sagul alias aman Usin alias Raja Bukit Eweh memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Saudaranya ialah Malim, Dalu dan Rohan. Saudara sepupunya Aman Mayak Berahi nikah dengan seorang wanita Aceh.
Ketika Sultan Aceh mengundurkan diri ke Tanoh Gayo tahun 1901, Sagul Raja Bukit Eweh ini menggabungkan diri dengan rombongan Sultan. Bersama rombongan Sultan berangkat ke Rawe, kemudian ke Lenang, Pamar dan terus ke Pedue. Rombongan Sultan diserang oleh Belanda dan Raja Bukit Eweh tewas dalam serangan Belanda ini tahun 1902.
Kedua cabang keturunan Raja Bukit ini.saling berebut untuk mendapatkan kedudukan sebagai Raja Bukit, menurut Dr. Snouck Hurgronje, sebenarnya Raja Bukit Eweh lebih berhak untuk duduk sebagai Raja Bukit antara lain karena soal kemampian. Tetapi dalam kenyataannya Raja Bukit Mamat dan keturunannya yang berhasil menjadi Raja Bukit.
Setelah dewasa Raja Maun menjalankan tugasnya sebagai Raja Bukit. Pada masa setelah Belanda menduduki daerah Gayo Laut, terjadi suatu peristiwa pembunuhan. Raja Maun mati terbunuh. Setelah dia meninggal dunia, sebagai penggantinya diangkat Raja Ilang sebagai Raja Bukit. Selanjutnya digantikan oleh Raja Zainuddin menjelang kejatuhan Belanda, sampai kedatangan pasukan kaum fasis Jepang tahun 1942.
Kebayakan tempat kedudukan Raja Bukit terletak di pinggir Danau Laut Tawar, kira-kira 2 atau 3 Km dari Bebesen tempat kedudukannya semula. Luas daerah Kejurun Bukit kira-kira sama dengan luas Kejurun Bebesen, penduduknya sedikit lebih banyak dari Kejurun Bebesen. Kejurun Bukit menguasai daerah bagian Timur ke Utara daerah Gayo Laut (Gayo Lut).
Kampung Kebayakan sendiri pernah dibakar habis oleh Van Dalen ketika dia mengadakan operasi penyelidikan ke daerah Gayo Lut sekitar tahun 1901, karena rakyatnya tidak mau menyerah kepada Belanda. Kampung-kampung terpenting yang termasuk ke dalam daerah Kejurun Bukit antaranya ialah Kebayakan pusat kedudukan Raja Bukit, Bale, Asir-Asiren, Kenawat, Rawe, Toweren, Bintang, Teritit, Redelong, Tunyang, Timang Gajah dan lainnya.
Menurut Raja Item salah seorang turunan dari Raja Bukit Eweh, penduduk Kejurun Bukit dibagi dalam 14 Belah induk yaitu Belah Bukit Mamat, Belah Bukit Lah, Belah Bukit Jaran atau Belah Bukit Eweh, Belah Gunung, Kala, Pengulu Beruksah, Pengulu Mude, Pengulu Jalil, Pengulu Sagi, Meluem, Pengulu Lot, Bujang, Timangan, Batin dan Pengulu Cik Serule.
Dari belah induk ini terjadi lagi pecahan di berbagai kampung baru sebagai akibat dari perpindahan penduduk untuk mencari lapangan hidup baru. Pecahan ke Bintang antaranya belah Wak, Serampak, Setie, Gele, Hakim, Mude, Reje Baru, Gunung Empat, Gunung Mude, dan Bukit Eweh. Pecahan ke Toweren ialah belah Baluntara, Gunung Mude, Gunung Empat dan Belah Lot Imem. Pecahan ke Bale ialah belah Bale, Hakim, Bujang, Cik Serule, dan belah Cik Meluem. Pecahan ke Redelong ialah Belah Bale Reje Guru, Redelong Tue, dan Belah Bale. Pecahan ke Kenawat ialah Cik, Setie Reje, dan Belah Suku.
Seperti telah dijelaskan dalam kisah Gajah Putih, keturun Raja Bukit percaya bahwa "Sengeda" adalah asal keturunan mereka. Sudah pula dijelaskan menurut M. Djunus Jamil bahwa Sengeda berhubungan dengan pembentukan Kerajaan Linge. Sengeda adalah anak Reje Linge ke XIII, dan Sengeda diangkat menjadi Raja Linge ke XV menggantikan abangnya yang dituduh telah membunuh Bener Merie dalam peristiwa Gajah Putih. Sedangkan penyair Mude Kala menyatakan bahwa kisah Sengeda adalah berhubungan dengan pembentukan Kejurun Bukit, dimana Sengeda telah diangkat menjadi Raja Bukit pertama di Gayo Lut.

bagaimana menurut para pembaca? share tulisan ini untuk menambah wawasan Rakan Sebet Sudere si len.
Enti Lupe komentare boh....

Sumber Bacaan : Buku Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda karangan M. H. Gayo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar